Aku paling suka dengan suasana sore. Mentari mulai turun dari peraduannya, meninggalkan sisa-sisa teriknya yang menerangi dunia. Langit yang sepanjang hari menyiratkan terik dengan birunya, perlahan kini memudar, menguning dan pada akhirnya akhirnya memerah jingga. Dan mereka menyebutnya : senja.
Tapi kini, aku masih melihat matahari terbit, perlahan bergerak diantara rimba-rimba langit biru yang amat luas, tak terpikirkan olehku berapa luasnya, menaikkan kadar kepanasannya dari hangat menjadi panas menuju tengah hari. Namun sayang, aku tak pernah tahu kapan mentari itu turun dari peraduannya, meninggalkan sisa-sisa keperkasaannya. Semua terganti dengan awan tebal, awan hitam tebal yang mulai bergerak menyelimuti, perlahan, tapi pasti. Rintik demi rintik hujan turun membasahi setiap butir-butir tanah yang bertebaran di permukaan bumi. Memberikan kesejukan setelah bersama terik sepanjang hari. Bukan hanya bagi manusia, tapi seluruh penghuni alam semesta ini. Menyegarkan.
Aku senang saat rintik hujan turun perlahan, bersuara gemericik, sangat asik. Namun pada kenyataannya, kini tak ada lagi senja. Tak ada lagi wana merah.
Sore itu, senja tak lagi merah.
No comments:
Post a Comment