Bahagia dan sedih itu satu paket.
….
Pagi itu saya baru menghangatkan badan di tengah dinginnya udara pagi. Ya, pagi itu saya merasakan dinginnya cuaca di rumah setelah seminggu lebih “bersahabat” dengan cuaca panas Sidoarjo. Tiba-tiba ponsel saya berbunyi menandakan ada pesan yang masuk. Ternyata salah seorang teman bertanya pada saya,
“Kenapa sih bahagia dan sedih itu harus satu paket??”
Pagi-pagi langsung ditodong pertanyaan semacam itu saya langsung bingung, mikir bentar, kemudian menjawab sepengetahuan saya saja,
“Setahu saya, Tuhan itu menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Ada pria, ada wanita. Ada siang, ada malam. Mungkin demikian pula dengan perasaan, ada sedih, ada juga bahagia.”
“Iya ya…”
Setelah itu saya pun langsung bertanya-tanya pada diri saya sendiri. Oh iya, kenapa bahagia dan sedih itu selalu satu paket, kok kita nggak bisa milih satu diantaranya, misalnya kita mau bahagia saja atau mau sedihnya saja.
Kenapa harus satu paket?
…..
Saya jadi ingat akan sebuah buku yang pernah saya baca di masjid dekat rumah. Ada artikel menarik yang membuat saya betah untuk membaca. Isinya adalah mengenai hukum polaritas. Ya, hukum polaritas, bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini mempunyai lawannya masing-masing. Tak akan pernah disebut “di dalam ruangan” jika tidak ada yang dimaksud dengan “di luar ruangan”. Tak akan pernah disebut “besar” jika tidak ada yang dinamakan dengan “kecil”, begitu seterusnya.
Ah, pikiran saya mulai terbuka. Lantas bagaimana dengan pertanyaan saya tadi. Kenapa bahagia dan sedih itu harus satu paket. Sederhananya, kenapa kita harus merasakan keduanya, bahagia dan juga sedih?
Menurut hukum tersebut, setiap yang merasakan kebahagiaan pasti akan pernah merasakan yang namanya kesedihan. Kita tidak mungkin bisa menyebut itu dengan kebahagiaan jika kita sendiri belum pernah merasakan yang namanya kesedihan.
Artinya, di satu saat kita pernah merasakan suatu kebahagiaan, namun disaat yang lain kita juga pasti akan merasakan kesedihan. Pun demikian dengan hal lain, ada siang dan malam, ada baik dan buruk, ada kesulitan ada kemudahan, semua mempunyai lawan masing-masing.
Lantas bagaimana kita harus bersikap?
Menurut saya, Tuhan mencipatakan segala sesuatu tidak ada yang sia-sia, pasti semuanya mempunyai tujuan masing-masing. Begitu pula dengan hal diatas, kenapa harus ada sedih, dan kenapa harus ada bahagia.
Mungkin kita menilai bahwa kebahagiaan itu sebagai hal yang baik, dan kesedihan itu sebagai hal yang buruk bagi kita. Disaat bahagia kita mudah melakukan sesuatu, akan tetapi disaat sedih kita menjadi sulit untuk berbuat sesuatu. Namun, bukankah sebenarnya keduanya itu saling melengkapi satu sama lain? Seperti yang diatas, bahwa kita tidak dapat mengatakan itu sebagai kebahagiaan jika kita belum pernah merasakan yang namanya kesedihan.
Ibaratnya seperti uang koin yang mempunyai dua sisi yang berbeda. Nah, bayangkan jika uang logam tersebut hanya memiliki satu sisi saja. Apakah dari bentuknya masih bisa disebut sebagai uang logam? Apakah masih bisa dipakai sebagai alat pembayaran?
Tentu kedua sisi dalam uang koin tersebut saling melengkapi sehingga dapat disebut sebagai uang koin dan digunakan sebagai alat pembayaran.
…..
Kadang kita memerlukan kebahagiaan untuk dapat mengerti kesedihan. Kita perlu merasakan kesedihan untuk dapat merasakan arti kebahagiaan. Kita perlu tersenyum dan tertawa, namun kita juga bisa menangis. Kita perlu keduanya untuk mengerti bahwa hidup bukan hanya tentang kesedihan saja, bukan tentang kebahagiaan saja, namun hidup adalah tentang keduanya untuk menjadikan hidup ini semakin berwarna dan kita semakin dewasa dalam menyikapinya.
Janganlah kita berlebihan dalam kebahagiaan dan terlarut dalam kesedihan. Bersyukurlah disaat kita mengalami keduanya karena Tuhan pasti mempunyai rencana baik di balik itu semua. Setelah kesedihan pasti akan ada kebahagiaan.
Allah SWT berfirman :
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan..” (QS Asy-Syarh : 5)
Hmm..bahagia dan sedih itu memang sudah satu paket.
So, enjoyed.
No comments:
Post a Comment