Wednesday, 3 April 2013

Gravitasi Cinta


Sejak kecil saya suka mendengarkan radio. Karena radio adalah hiburan alternatif selain media televisi tentunya. Menikmati siaran radio juga bisa dengan melakukan aktivitas lain, misalnya baca buku atau bengong ngeliatin cicak kawin di tembok. Karena yang kita perlu hanya mendengarkan. Lewat radio saya mendapat banyak hiburan, mulai dari sandiwara radio yang marak di tahun 90-an, berita yang terjadi sehari-hari, sampai perkembangan musik yang ada di negeri ini.

Sampai ada saat dimana radio menjadi bagian penting dalam hidup saya.

Saat itu saya masih duduk di kelas satu SMA, masih dengan kebiasaan suka mendengarkan siaran radio. Apalagi saat malam hari, lumayan buat menemani belajar selain LKS juga buku pelajaran yang nggak pernah abstain dari meja belajar. Berawal dari mendengarkan radio, saya berkenalan dengan seorang cewek, namanya Fransiska. Dia bukan pendengar, tapi sebagai penyiar tamu. Beberapa kali saya sempat mengikuti pas dia siaran. Singkat cerita kita menjadi sering ketemu terus ngobrol banyak hal. Entah kenapa ngobrol dengan penyiar radio itu bisa nyambung ke banyak hal. Mungkin karena tuntutan profesi yang memaksanya untuk punya pengetahuan luas. Dan itu saya suka. Jadi kalo ketemu nggak garing.

Kebetulan Siska keturunan Tionghoa, makanya setiap ngobrol saya selalu dipanggil dengan sebutan "Koko". Dulu saya sempat protes kenapa nama saya Rudi tapi malah dipanggil Koko. Ternyata Koko itu panggilan untuk kakak laki-laki, kalo dalam bahasa Jawa mungkin seperti "Mas". Padahal kita seumuran, tapi kenapa saya dipanggil dengan imbuhan Koko? Apakah saat itu wajah saya kelihatan lebih tua? Entahlah, yang jelas pas ngaca saya mengambil kesimpulan kalo wajah saya ini bukan hasil impor.

Dan haripun terus berlalu. Cerita selanjutnya, mungkin kalian sudah bisa menebak.

Sampai masuk bangku kuliah pun saya masih suka mendengarkan radio, terutama yang siaran diatas jam 8 malam. Lagu yang diputar juga nggak sekenceng pas pagi atau siang hari, lebih pelan musiknya. Jadi enak buat teman ngetik tugas, atau bahkan lagu pengantar tidur. Mau ngerti lagunya atau nggak, bukan masalah. Yang penting anggota badan semuanya kerja. Mulai otak yang disuruh mikir, mata disuruh menatap layar monitor, hidung untuk narik nafas, mulut untuk ngunyah, kedua tangan untuk ngetik juga ngupil, makanya sambil dengerin musik lewat radio biar kedua telingga ada kerjaan. Soalnya kalo kedua telinga sudah nggak bekerja, sudah nggak bisa mendengar, itu tandanya saya sudah masuk ke alam mimpi disertai linangan air liur.

Beberapa hari kemarin pas saya asyik ngetik di komputer, ada sebuah lagu permintaan pendengar yang diputar oleh penyiar radio. Katanya lagu itu single terbaru dari Tangga, saya nggak begitu denger apa judulnya. Sebenarnya lagunya nggak jauh beda dengan aliran musik Tangga pada umumnya. Namun ada satu baris lirik yang membuat kepala saya terpaksa berfikir. Kalo nggak salah seperti ini...

..cinta tak mungkin berhenti, secepat saat aku jatuh hati..
..jatuhkan hatiku kepadamu, sehingga hidupku pun berarti..

Dari lirik tersebut, saya mengartikan bahwa rasa cinta kita kepada seseorang nggak mungkin berhenti dalam waktu yang singkat. Sesingkat saat kita mengalami jatuh cinta kepada seseorang.

Pertanyaannya sekarang..
Apakah jatuh hati atau jatuh cinta itu bisa terjadi dalam waktu yang cepat?

Mungkin bisa saja. Karena nggak sedikit teman yang bilang kepada saya kalo hanya berinteraksi dalam beberapa kali saja dia sudah bisa menyimpulkan sendiri. Dengan yakin mengatakan kepada saya..

"Prud, sepertinya saya jatuh cinta."

Oke! Tapi kenapa jatuh cinta itu bisa dikatakan berlangsung cepat?

Namanya saja jatuh cinta.

Lihat saja buah durian yang jatuh dari pohon. Pasti cepet banget.
Dalam ilmu fisika yang saya pelajari pas SMA kemarin hal itu dinamakan dengan GJB, artinya bukan Gak Jelas banget. Tapi Gerak Jatuh Bebas, yaitu jika sebuah benda dijatuhkan dari suatu ketinggian tertentu, maka kecepatannya semakin lama semakin besar yang diakibatkan oleh pengaruh gravitasi, dalam hal ini tentu gravitasi bumi karena jatuhnya ke bumi. Kalau jatuhnya ke empang itu juga pengaruh gravitasi bumi, karena empang masih berada di dalam bumi. Apasih!

Nah, pengertian gravitasi sendiri adalah gaya tarik menarik yang terjadi antara molekul semua partikel yang mempunyai massa di alam semesta ini. Besarnya percepatan gravitasi bumi adalah 9,8 m/s2, atau untuk mempermudah pas ngerjain soal ulangan saya dulu dibulatkan menjadi 10 m/s2.

Sebenarnya partikel buah durian dan bumi saling tarik menarik, karena besarnya gaya tarik partikel bumi maka buah durian akhirnya bergerak jatuh ke bumi dengan cepat. Bahkan jika kita melempar buah durian itu ke atas, memang buah durian itu akan terlempar menjauh dari bumi tapi hanya pada sampai titik tententu (disebutnya titik maksimum) kemudian kembali jatuh ke bumi dengan semakin cepat. Makanya kalo melempar buah durian ke atas jangan lupa untuk segera lari dari posisi semula, kecuali kalo melempar buah duriannya pake roket yang dikasih pesawat ulang alik. Nanti setelah melempar kita bisa dadah dadah ke buah duriannya. Apasih!

Dan mungkin itulah kenapa dinamakan jatuh cinta. Mungkin juga ini adalah jawaban ilmiah kenapa jatuh cinta itu bisa berlangsung cepat. Karena setiap manusia adalah susunan partikel yang mempunyai massa.

Misalnya ketika seorang cowok bertemu dengan cewek cantik, baik hati, tidak sombong, rajin bangun pagi. Nah, sifat baik hati, tidak sombong, cantik dan suka bangun pagi ini bisa dianalogikan sebagai gravitasi yang mampu menarik molekul-molekul dari susunan partikel bermassa yang bernama cowok. Begitu pun sebaliknya terhadap cowok, karena cowok juga masuk ke dalam susunan partikel yang mempunyai massa, artinya punya gaya tarik juga. Tinggal seberapa besar saja kekuatan gaya tarik yang dimiliki seorang cewek itu, atau sebaliknya, gaya tarik yang dimiliki cowok.

Ketika bertemu, ngobrol bareng, atau bentuk interaksi lain yang dilakukan, disaat itulah gaya tarik menarik antar molekul terjadi. Mungkin agak alot, karena sama-sama kuat, makanya butuh waktu sampai salah satu diantaranya kalah dan tertarik menuju lawannya. Disaat itulah, salah satu pihak mengalami jatuh cinta. Jatuh karena nggak kuat lagi melawan gaya tarikan yang begitu kuat. Uhuk!

Ada pepatah mengatakan “cinta pada pandangan pertama”, dan banyak yang mengamini. Tapi tidak dengan saya. Mungkin yang lebih tepat adalah tertarik pada pandangan pertama. Karena memang hanya ketertarikan yang terjadi ketika kita memandang seseorang untuk kali pertama. Bisa karena dia cantik, ganteng, berwibawa, berkharisma, atau mempunyai senyum yang manis. Senyum sehabis menenggak sebotol madu dari Belanda. Manis Banget. Apasih!

Tapi kalo cinta itu butuh proses, butuh tarik-tarikan molekul dulu, bahkan lumayan alot sampai ada yang kalah dan menjatuhkan hatinya. Dan itu semua butuh waktu. Makanya pepatah Jawa mengatakan, Tresno Jalaran Soko Kulino. Cinta itu datang karena terbiasa. Ya, mulai terbiasa bertemu, terbiasa ngobrol bareng, terbiasa jalan bareng, terbiasa ngerjain tugas bareng, terbiasa tidur bareng. Eh, bukan!
Bahkan terbiasa saling ngejekin bareng. Itu semua butuh proses, butuh waktu sampai cinta datang karena terbiasa dengan hal itu semua.

..beri sedikit waktu, biar cinta datang karena telah terbiasa...(Dewa 19 - Risalah Hati)




1 comment:

Tofik said...

cinta oh cinta