Monday 14 May 2012

Hikayat Sebuah Pilihan

Kelemahan terbesar dari setiap manusia adalah : kemampuan dirinya untuk memilih.

Memilih, adalah hal yang sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari. Hampir setiap saat kita dihadapkan pada suatu pilihan, terlepas apakah pilihan itu dalam skala kecil atau besar?
Semuanya tetap membutuhkan keputusan kita. Keputusan untuk menentukan pilihan.

Sejak kecil kita telah dihadapkan sekaligus diajarkan dengan yang namanya memilih. Dalam setiap ujian misalnya, tentu masih ingat bagaimana kita memenuhi lembar demi lembar kertas ujian dengan pilihan kita, dan pada akhirnya pilihan kita dinilai oleh orang lain yang kita sebut dengan : guru.
Nilai yang baik tentu adalah indikasi bahwa banyak pilihan kita banyak yang benar, dan sebaliknya nilai yang buruk adalah cermi
n kalau pilihan kita telah banyak yang salah.

Itu semua terjadi sewaktu kita kecil, saat dimana kita masih diajarkan tentang dua hal : mana pilihan yang benar dan mana pilihan yang salah.
Dan saat ini waktu telah melaju dengan kecepatan yang tak terkendali, membawa kita melewati masa kecil itu sebagai sebuah pembelajaran dan kenangan. Dan kini, kita sudah dihadapkan pada suatu kata yang bagi sebagian orang terasa berat karena membutuhkan tanggungjawab besar, dewasa.

Terlepas di saat kita masih kecil atau sekarang kita telah bermetamorfosis menjadi fase dewasa, pilihan akan selalu hadir dalam setiap langkah kita.
Tapi, Pernahkah kita yang mengaku telah dalam fase dewasa ini menilai sendiri setiap pilihan-pilihan kita???

Bagi saya sendiri, memilih bukan lagi tentang benar dan salah, tentang nilai baik atau buruk, tentang sesuai atau kurang sesuai, bukan semua itu. Tapi, memilih adalah proses, proses untuk menjadi berani, berani memikul tanggungjawab atas semua resiko-resiko dari pilihan kita. Terlepas apakah pilihan kita itu benar atau salah. Setidaknya kita menjadi tahu, mana yang baik bagi kita dan mana yang kurang baik bagi kita, karena kita sendiri yang menilai pilihan kita masing-masing. Bukan lagi bapak ibu guru atau bahkan orang lain.

Bagi kita semua yang masuk fase dewasa, menentukan pilihan tidak semudah yang kita bayangkan. Bukan sekedar menentukan pilihan dan menerima resiko yang ada, bukan sesederhana itu. Memerlukan berkali-kali pemikiran hanya untuk sekedar mengatakan "iya" atau "tidak".
Mungkin banyak faktor yang membuat : menentukan pilihan adalah kelemahan terbesar dari setiap manusia. Dan sampai saat ini, saya termasuk salah satu manusia dalam pernyataan tersebut.

Tapi mau tak mau, senang tak senang, kita harus menentukan pilihan kita, menentukan sikap apa yang kita ambil, menentukan kemana arah selanjutnya kita melangkah, dan menentukan jalan hidup yang kita jalani.

Hidup ini adalah pilihan, setiap pilihan tak lepas dari sebuah resiko, dan semoga tak ada kata sesal atas apa yang menjadi pilihan kita.

....

No comments: